Tugas 10 - Studi Kasus Enterprise Application Integration

Pengembangan sistem informasi untuk memenuhi kebutuhan perguruan tinggi saat ini semakin marak. Melihat skala dan kompleksitasnya, sistem informasi perguruan tinggi, khususnya dengan student body 10 ribu lebih dapat dikatagorikan sebagai sistem informasi enterprise. Pada pengembangan sistem informasi enterprais, strategi bertahap dalam kurun waktu yang panjang, menimbulkan versi aplikasi yang banyak. Sehingga mengintegrasikan aplikasi dalam rentang versi teknologi yang berbeda menjadi kendala, jika menggunakan prinsip integrasi yang menyatukan teknologi. Oleh karena itu, pada makalah ini dibahas tentang bagaimana strategi integrasi aplikasi menggunakan pendekatan enterprise application integration (EAI). Dengan menggunakan EAI, integrasi dapat dilakukan di tingkat data/ informasi, presenasi/ akses dan fungsional/ proses bisnis. Pola yang diterapkan juga dapat memilih pola mediasi maupun federasi. Pada kasus Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) diterapkan integrasi di sisi data menggunakan prinsip data integration dengan proses ETL (extract-transform-load) dan data warehousing. Integrasi di sisi proses bisnis diterapkan dengan workflow dan dari sisi presentasi menggunakan pola federasi dengan menggunakan web portal. Dari model integrasi yang diusulkan diinventarisasi portofolio teknologi free open source software (FOSS) yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan model tersebut.

Pengembangan sistem informasi untuk memenuhi kebutuhan perguruan tinggi saat ini semakin marak. Melihat skala dan kompleksitasnya, sistem informasi perguruan tinggi, khususnya dengan student body 10 ribu atau lebih dapat dikatagorikan sebagai sistem informasi enterprise. Hal ini juga berlaku bagi Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR). Pengembangan yang bertahap dalam kurun waktu yang panjang, menimbulkan versi aplikasi yang banyak, sehingga mengintegrasikan aplikasi dalam rentang versi teknologi yang berbeda menjadi kendala. Kendala akan muncul lebih besar lagi jika menggunakan sudut pandang penyatuan teknologi untuk semua aplikasi.

Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) merupakan salah satu perguruan tinggi swasta besar di Bandung. UNPAR berdiri pada tahun 1955, saat ini memiliki 7 fakultas dengan 18 program studi. Untuk operasional, UNPAR telah mengembangan teknologi informasinya baik dari infrastruktur jaringan, pusat data, perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi untuk sistem informasi.

Arsitektur aplikasi sistem informasi (SI) UNPAR dapat dilihat pada gambar 2. Pada gambar tersebut terlihat bahwa, saat ini

UNPAR telah memiliki banyak aplikasi, yaitu:
1.      SI Akademik, selanjutnya disebut SIA. Mencakup semua fungsi akademik, dari mulai seleksi dan penerimaan mahasiswa baru, registrasi mahasiswa (FRS), pelaksanaan perkuliahan, sistem penilaian dan administrasinya, pendaftaran skripsi, sampai dengan wisuda.
2.      SI Keuangan, selanjutnya disebut SIK, mencakup proses penganggaran, pembelian, kas, akutansi dan pelaporan.
3.      SI Kepegawaian, selanjutnya disebut SISDM, mencakup fungsi kepegawaian, mulai dari administrasi kepegawaian, kehadiran, payrol.
4.      Web site Unpar, yang menjadi pusat publikasi bagi universitas yang dikelola oleh Humas, dan masing-masing bagian dikelola oleh unit kerja masing-masing.
5.      Web site Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM). Dikelola khusus oleh LPPM sebagai media komunikasi dengan para peneliti.
6.      Web site Pusat Pendidikan Berkelanjutan (PBB). Untuk publikasi layanan pendidikan informal seperti kursus bahasa Inggris, test TOEFL dan bursa kerja.
7.      Web site kantor internasional (IO). Sebagai situs untuk hubungan kerjasama internasional dengan pihak luar universitas.
8.      E-learning moodle, untuk proses pem-belajaran, sharing material, tugas yang digunakan oleh banyak dosen dalam mendukung proses perkuliahan.
9.      E-doc, untuk penyimpanan dokumen kerja berbasis HTTP, sehingga dapat diakses dari jaringan global.
10.  Webmail, menggunakan IMP Horde untuk akses email dari dalam maupun dari luar kampus,

11.  Sistem Finger Print, untuk mencatat kehadiran karyawan.

Tidak ada komentar

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Tugas 9 - Studi Kasus Teknologi Enterprise Architecture

PT. Sumber Sehat merupakan perusahaan yang bergerak di bidang distribusi obat dan alat kesehatan. Beberapa proses sistem di PT. Sumber Sehat tidak berjalan sesuai dengan fungsi bisnis. Permasalahan yang ada dikarenakan sistem belum terintegrasi. PT.Sumber Sehat juga belum memiliki dokumentasi sistem seperti blueprint untuk pengembangan dan pemeliharaan sistem. Hasil yang diharapkan dari pihak perusahaan adalah penerapan arsitektur enterprise untuk menjawab permasalahan yang ada. Enterprise Architecture Planning (EAP) merupakan metode yang dikembangkan untuk membangun arsitektur enterprise. EAP merupakan pendefinisian bisnis dan arsitektur yang menyelaraskan ketiga jenis arsitektur dalam pengembangannya, yaitu arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi. Hasil keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang hasil yang diharapkan dan bisa mendeskripsikan tujuan stakeholder adalah mengambarkan rencana untuk mengembangkan sebuah sistem atau sekumpulan sistem.
membahas mengenai Keterkaitan antara arsitektur yang ada merupakan hal yang penting bagi EAP. Pada pemodelan ini berorientasi pada kebutuhan bisnis serta bagaimana cara implementasi arsitektur yang dibuat dapat mendukung pencapaian tujuan manajemen aset yang ada di PT. XYZ sehingga pengelolaan aset lebih maksimal. EAP merupakan gambaran kumpulan bidang arsitektural dan strategis yang meliputi informasi, sistem bisnis, dan arsitektur teknik. EAP juga merupakan pendekatan yang modern untuk melakukan perencanaan terhadap kualitas data guna mencapai misi Sistem Informasi dalam unit manajemen aset. Hasil perancangan yang telah dibuat meliputi arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi, portofolio aplikasi. Penelitian ini menghasilkan blueprint (cetak biru) perancangan Enterprise Architecture Planning (EAP) dari manajemen aset.
Penentuan ruang lingkup enterprise yang dilakukan ditujukan untuk studi kasus enterprise yang bergerak di bidang distribusi obat dan alat kesehatan yaitu PT.Sumber Sehat, Semarang. PT.Sumber Sehat merupakan distributor obat- obatan bebas dan alat-alat kesehatan dari beberapa industri farmasi di Indonesia. Produk yang dipasarkan oleh PT Sumber Sehat beraneka ragam diantaranya adalah produk-produk yang diproduksi oleh PT Saka Farma. Seiring dengan berjalannya waktu, pemasaran obat-obatan dan alat-alat kesehatan PT Sumber Sehat semakin berkembang. Hal itu terbukti dengan berkembangnya daerah pemasaran di Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Posisi bisnis PT.Sumber Sehat, Semarang, berdasarkan penggunaan framework product portofolio Boston matrix.
Kesimpulan penempatan posisi tersebut berdasarkan karakteristik dari boston matrix yaitu strong market position dengan market growth yang rendah, tetapi jika situasi terus ditingkatkan PT.Sumber Sehat,Semarang berpeluang untuk bergerak ke posisi Wildcat dan Star
Dari identifikasi perkembangan produk-produk yang dipasarkan oleh PT.Sumber Sehat dan perkembangan daerah pemasarannya, maka penentuan ruang lingkup enterprise yang akan dibuat arsitekturnya tertuju pada pembelian barang ke supplier dan penjualan barang ke customer. Agar ruang lingkup tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka diperlukan sebuah sistem informasi enterprise untuk menjalankan fungsi bisnis yang mampu memberikan data dan informasi untuk menjalankan aktifitas bisnis dalam memberikan service yang baik bagi customer dan pengguna lainnya.
Aktivitas yang ada di value network dalam kasus ini adalah melakukan distribusi ke berbagai partisipan dalam bidang pelayanan kesehatan dan memenuhi kebutuhan antar partisipan dan meneningkatkan hubungan antar pelanggan sesuai aturan yang diatur oleh regulator
Berdasarkan hasil penerapan Enterprise Architecture Planning dalam kasus ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Rancangan arsitektur enterprise pada PT.Sumber Sehat, Semarang bisa digunakan untuk mengembangkan sistem informasinya


Tidak ada komentar

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Tugas 8 - TOGAF

TOGAF 
TOGAF merupakan sebuah framework untuk mengembangkan arsitektur perusahaan. Framework ini dikeluarkan oleh The Open Group’s Architecture Framework pada tahun 1995.TOGAF memberikan metode untuk membangun dan mengelola serta mengimplementasikan arsitektur interprise dan sistem informasi yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM) (Open Group, 2016).
The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
TOGAF mengadopsi pengertian arsitektur pada terminology ANSI/IEEE Std 1471-2000. Menurut TOGAF, arsitektur memiliki dua pengertian tergantung pada pemakaian konstektualnya:
  1. Deskripsi formal suatu sistem, atau suatu rencana detil dari sistem pada level komponen untuk memandu implementasinya;
  2. Struktur komponen-komponen, saling keterhubungannya, prinsip-prinsip dan panduan-panduan yang mengatur desain dan evolusinya dari waktu ke waktu

TOGAF adalah suatu framework atau suatu metoda yang rinci dan suatu kumpulan tools pendukung- untuk mengembangkan enterprise architecture. Dikembangkan oleh Open Group pada tahun 1995, framework arsitektur ini berdasarkan pada Technical Architecture Framework for Information Management (TAFIM) yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (DoD).
Elemen-elemen EA Menurut TOGAF
Menurut TOGAF, ada empat tipe arsitektur secara umum diterima sebagai bagian dari keseluruhan enterprise architecture, yaitu:
  • Arsitektur bisnis (proses bisnis) – menggambarkan struktur organisasi, proses bisnis, aktifitas bisnis dan hubungan para aktor yang terlibat dalam proses bisnis.
  • Arsitektur data – menggambarkan struktur aset data organisasi secara logik dan fisik serta sumberdaya manajemen data.
  • Arsitektur aplikasi – suatu bentuk arsitektur yang menyediakan cetak biru sistem aplikasi individual untuk didistribusikan, interaksi dan hubungannya dengan proses bisnis utama organisasi.
  • Arsitektur teknologi – menggambarkan kapabilitas perangkat keras dan perangkat lunak secara logik yang dibutuhkan untuk mendukung penyebaran bisnis, data, dan layanan aplikasi. Hal ini termasuk infrastruktur TI, jaringan, komunikasi, proses, standar, dan sebagainya.
Elemen-elemen EA menurut TOGAF inilah yang dipakai dalam melakukan penelitian dan perancangan EA Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
TOGAF ADM
ADM merupakan metodologi lojik dari TOGAF yang terdiri dari delapa fase utama untuk pengembangan dan pemeliharaan technical architecture dari oragnisasi.Metode ini juga dibisa digunakan sebagai panduan atau alat untuk merencanakan, merancang, mengembangkan dan mengimplementasikan arsitektur sistem informasi untuk organisasi (Yunis dan Surendro, 2008).
Prinsip TOGAF ADM 
1. Prinsip Enterprise, Pengembangan arsitektur yang dilakukan diharapkan mendukung
    seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang membutuhkan.
2. Prinsip Teknologi Informasi (IT),Lebih mengarahkan konsistensi penggunaan TI pada
   seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang akan menggunakan.
3. Prinsip Arsitektur,Merancang arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan proses bisnis
   dan bagaimana mengimplementasikannya.

TOGAF Architecture Development Method (ADM)
TOGAF ADM menggambarkan suatu metoda untuk mengembangkan EA, dan merupakan kunci atau inti TOGAF. ADM adalah metoda generik untuk pengembangan arsitektur yang berhubungan dengan kebanyakan kebutuhan sistem dan organisasi. Akan tetapi, seringkali perlu memodifikasi atau mengembangkan ADM untuk menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan yang spesifik.
ADM terdiri atas Sembilan fase. Setiap fase menggambarkan kumpulan aktifitas yang memungkinkan sponsor dan para stakeholder mencapai keputusan dalam EA. Tim bisnis dan TI bekerja sama, dari fase ke fase, untuk membuat dan mengelola EA sepanjang siklus ADM. ADM bersifat iteratif, dinamis, dan berkelanjutan. Output dari fase sebelumnya menjadi input pada fase selanjutnya. Hal ini dikelola dengan fase Requirements Management.
EA adalah aset organisasi yang harus dikelola sebagai program formal. EA dikembangkan oleh suatu tim yang bertanggung jawab atas perawatan, pengendalian, dan pengawasan program EA.
ADM mendefinisikan urutan yang direkomendasikan untuk berbagai fase dan langkah dalam pengembangan arsitektur, tetapi tidak merekomendasikan lingkup-yang harus ditetapkan oleh organisasi yang bersangkutan.
Langkah-langkah untuk mengembangkan arsitektur yang terdapat dalam ADM :
Dimulai dengan preliminary phase, membuat lingkup enterprise dan mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat dan menghasilkan EA. Pada tahap ini orang-orang tertentu, proses, perangkat dan tata kelola dialokasikan kepada pekerjaan pengembangan EA.
Satu dari keputusan kunci adalah fokus/cakupan pada upaya arsitektur, dalam kaitan luasnya enterprise yang diiputi, seperti sektor bisnis, unit bisnis/organisasi yang spesifik. Faktor penting dalam konteks ini adalah meningkatnya kecenderungan untuk pengembangan arsitektur besar-besaran dilakukan dalam bentuk “federated architecture” yang dengan bebas mengembangkan, merawat, dan mengelola arsitektur yang kemudian diintegrasikan dalam satuframework meta-architecture. Framework seperti itu menetapkan prinsip-prinsip untuk interoperabilitas, migrasi, dan penyesuaian. Hal ini memungkinkan unit bisnis tertentu untuk mempunyai arsitektur yang dikembangkan dan dikelola sebagi proyek arsitektur yang berdiri sendiri.
Fase ini adalah tentang menetapkan bagaimana melakukan arsitektur terkait dengan enterprise. Ada dua aspek utama yaitu menetapkan framework yang digunakan dan menetapkan prinsip arsitektur yang akan mengoperasikan pekerjaan arsitektur. Pendekatan enterprise untuk menggunakan kembali aset-aset arsitektur adalah bagian kunci dari definisi framework dan prinsip arsitektur. Pada umumnya prinsip akan menyatakan kebijakan penggunaan kembali; dan framework akan menjelaskan bagaimana penggunaan kembali itu efektif. Fase ini menetapkan prinsip arsitektur yang akan membentuk bagian pembatas pada pekerjaan arsitektur yang dilakukan.
Input pada fase ini adalah :
  • TOGAF ADM;
  • Framework arsitektur yang lain, jika diperlukan;
  • Strategi bisnis, prinsip bisnis, tujuan bisnis, dan driver bisnis, jika sudah ada;
  • Strategi tata kelola TI, jika sudah ada;
  • Prinsip arsitektur, jika sudah ada;
  • Prinsip yang dipakai, datang dari arsitektur yang lain.
Langkah-langkah pada fase ini :
TOGAF ADM adalah suatu metoda umum, dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai macam enterprise berbeda, dan bersama dengan berbagai macam framework arsitektur lain, jika diperlukan.
  
Phase A : Architecture Vision (Envisioning the future state)
Langkah penting selanjutnya adalah membuat visi EA masa depan. Untuk itu, digunakan skenario bisnis untuk meninjau visi, strategi dan pendorong bisnis lalu dihasilkan kumpulan kebutuhan bisnis untuk enterprise masa depan. Secara normal, elemen kunci dari visi arsitektur, seperti visi, misi, strategi dan tujuan, didokumentasikan sebagai bagian dari strategi bisnis atau aktifitas rencana enterprise yang mempunyai siklusnya sendiri.
Aktifitas dalam fase A berhubungan dengan verifikasi dan pemahaman strategi dan tujuan bisnis yang didokumentasikan, menetapkan lingkup arsitektur, bagaimana membuat visi dan memperoleh persetujuan. Visi arsitektur meliputi deskripsi tingkat tinggi lingkungan saat ini dan target dari perspektif bisnis dan teknik.
Langkah-langkah :
  • Menetapkan proyek.
  • Identifikasi tujuan dan driver bisnis
  • Review prinsip arsitektur, termasuk prinsip bisnis
  • Menetapkan lingkup
  • Menetapkan batasan
  • Identifikasi stakeholder, kebutuhan bisnis dan visi arsitektur

Phase B : Business Architecture
Pengetahuan tentang arsitektur bisnis adalah prasyarat untuk pekerjaan arsitektur dalam domain lainnya yaitu data, aplikasi, dan teknologi. Fase ini membuat arsitektur bisnis yang meliputi proses bisnis, layanan, fungsi, organisasi dan strategi.
Langkah-langkah :
Tingkat detil dalam fase ini akan tergantung kepada lingkup dan tujuan upaya arsitektur keseluruhan. Langkah-langkah kunci dalam fase B adalah sebagai berikut :
  • Mengembangkan deskripsi arsitektur bisnis baseline
  • Mengidentifikasi model, sudut pandang, dan tool acuan
  • Membuat model arsitektur
  • Memilih blok bangunan (building block) arsitektur bisnis
  • Melakukan review model arsitektur
  • Me-review kriteria non-fungsional (kualitatif)
  • Melengkapi arsitektur bisnis
  • Melakukan analisis celah (gap) dan membuat laporan
  

Phase C : Information System Architecture
Fase ini membuat arsitektur sistem informasi yang mendukung arsitektur bisnis. Arsitektur sistem informasi disusun dari arsitektur data dan aplikasi.
Arsitektur data :
Sasaran pada fase ini adalah untuk menetapkan tipe utama dan sumber data yang penting untuk mendukung bisnis yang dapat dimengerti oleh stakeholder, lengkap dan konsisten, serta stabil. Penting untuk dicatat bahwa usaha ini tidak berhubungan dengan rancangan database. Tujuannya adalah mendefinisikan entitas data yang berhubungan dengan enterprise, bukan untuk merancang sistem logik atau penyimpanan fisik.
Langkah-langkah
  • Mengembangkan deskripsi arsitektur data baseline
  • Me-review dan memvalidasi prinsip, model referensi, sudut pandang, dan tool
  • Membuat model arsitektur
  • Memilih building block arsitektur data
  • Melakukan review cek formal model arsitektur dan building block dengan stakeholder
  • Me-review kriteria kualitatif
  • Melengkapi arsitektur data
  • Melakukan cek/nalisis dampak
  • Melakukan analisis gap dan membuat laporan
Fase untuk membuat arsitektur aplikasi
Sasaran dalam fase ini adalah menetapkan/mendefinisikan berbagai jenis sistem aplikasi utama yang diperlukan untuk memproses data dan mendukung bisnis. Hal ini tidka berhubungan dengan rancangan sistem aplikasi. Tujuannya adalah mendefinisikan jenis sistem aplikasi yang relevan dengan enterprise dan aplikasi apa yang dibutuhkan untuk mengelola data dan menghasilkan informasi bagi pengguna di enterprise.
Aplikasi tidak digambarkan sebagai sistem computer, tetapi sebagai kumpulan kapabilitas logik yang mengelola objek data dalam arsitektur data dan mendukung fungsi bisnis dalam arsitektur bisnis. Aplikasi dan kapabilitasnya ditetapkan tanpa referensi teknologi tertentu. Aplikasi adalah stabil dan relative tidak berubah, sedangkan teknologi yang digunakan untuk mengimplementasikannya akan berubah dari waktu ke waktu, berdasarkan pada teknologi yang ada saat ini dan perubahan kebutuhan bisnis.
Langkah-langkah
  • Mengembangkan deskripsi arsitektur aplikasi baseline
  • Me-review dan memvalidasi prinsip, model refernsi, sudut pandang, dan tool
  • Membuat model arsitektur
  • Mengidentifikasi kandidat sistem aplikasi
  • Melakukan review cek formal model arsitektur dan building block dengan stakeholder
  • Me-review kriteria kualitatif
  • Melengkapi arsitektur aplikasi
  • Melakukan analisis gap dan membuat laporan
  • Laporan arsitektur aplikasi
  • Analisis dampak
  • Kebutuhan bisnis diperbaharui, jika sesuai.

Phase D: Technology Architecture
Fase ini membuat arsitektur teknologi yang membentuk fondasi target infrastruktur TI.
Langkah-langkah
  • Mengembangkan deskripsi arsitektur teknologi baseline
  • Mengembangkan arsitektur teknologi target
Phase B,C, dan D : Developing architecture specifications
Fase B,C, dan D berkonsentrasi pada pengembangan spesifikasi arsitektur secara individual yang membentuk arsitektur enterprise keseluruhan. Fase-fase ini membuat pandangan EA yang berbeda dari area kepentinganstakeholder masing-masing.
  
Phase E : Opportunities and Solutions
Fase E mengidentifikasi parameter perubahan, fase utama sepenjang tahapan, dan proyek level puncak dilakukan dalam perpindahan dari lingkungan saat ini ke lingkungan target. Keluaran dari fase E akan membentuk dasar rencana implementasi yang dibutuhkan. Fase ini juga berusaha untuk mengidentifikasi kesempatan bisnis baru yang mncul dari pekerjaan arsitektur dalam fase sebelumnya.
Langkah-langkah
  • Mengidentifikasi driver bisnis kunci yang menghambat urutan implementasi
  • Me-review analisis gap dari fase D
  • Brainstorm kebutuhan teknis dari perspektif fungsional
  • Brainstorm co-existence dan kebutuhan interoperabilitas
  • Melakukan penilaian arsitektur dan analisis gap
  • Mengidentifikasi paket pekerjaan atau proyek utama
Klasifikasikan hal tersebut di atas sebagai pengembanganbaru, kesempatan pembelian, atau penggunaan kembali sistem yang ada.
Phase F : Migration Planning
Sasaran fase F adalah memilah berbagai proyek implementasi dalam urutan prioritas. Aktifitasnya meliputi penilaian ketergantungan, biaya, dan manfaat dari berbagi proyek migrasi. Daftar prioritas proyek akan terus membentuk basis rencaa implementasi dan migrasi yang detil.
Langkah-langkah
  • Memprioritaskan proyek
  • Memperkirakan kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya
  • Melakukan penilaian biaya/manfaat dari berbagai proyek migrasi
  • Melakukan penilaian risiko
  • Membuat roadmap implementasi
  • Mendokumentasikan rencana migrasi
  •  
Phase G : Implementation Governance (managing deployment and realizing value)
Implementasi tata kelola berada dalam fase G dan memberikan kerangka tata kelola arsitektur untuk pengembangan solusi dan implementasi. Fase ini memastikan bahwa pekerjaan pengembangan harus konsisten dengan spesifikasi arsitektur dan menghasilkan kebutuhan sponsor dan para stakeholder.
Langkah-langkah
  • Memformulasikan rekomendasi proyek
  • Mendokumentasikan kontrak arsitektur
  • Me-review tata kelola implementasi dan pemenuhan arsitektur yang berkelanjutan
Phase H : Architecture Change Management (Managing change)
EA ditetapkan untuk beberapa tahun, tetapi harus juga diperbaharui agar dapat menyesuaikan perubahan kebutuhan bisnis. Perubahan-perubahan itu bisa saja diperlukan karena :
  • Permintaan manajemen aset dan perbaikan infrastruktur;
  • Peningkatan proses bisnis;
  • Reorganisasi;
  • Perubahan pasar dan kapasitas bisnis;
  • Merger dan akuisisi.
Manajemen perubahan arsitektur, fase terakhir, memungkinkan perubahan seperti yang disebutkan di atas baik melalui pengembangan maupun siklus operasional EA.

Langkah-langkah
  • Memonitor perubahan teknologi
  • Memonitor perubahan bisnis
  • Menilai perubahan dan pengembangan posisi untuk bertindak
  • Mengatur pertemuan Dewan Arsitektur (atau dewan tata kelola yang lain). Tujuan pertemuan ini adalah untuk memutuskan penanganan perubahan (teknologi dan bisnis)
Requirements Management Phase
EA dibuat dari permintaan stakeholder, dikelola di sepanjang metoda ini dengan proses manajemen kebutuhan.
Input pada proses manajemen kebutuhan adalah output yang berhubungan dengan kebutuhan dari tiap fase ADM. Kebutuhan tingkat tinggi pertama adalah uang diartikulasikan sebagai bagian dari visi arsitektur, dihasilkan dengan memakai scenario bisnis atau teknik yang dapat disamakan.
Setiap domain arsitektur menghasilkan kebutuhan rancangan detil yang dikhususkan untuk domain tersebut dan berpotensi kepada domain lain.
Langkah-langkah:
  • Kebutuhan baseline
  • Memonitor kebutuhan baseline
  • Mengidentifikasi kebutuhan yang berubah dan prioritas yang dicatat
Output
Pernyataan kebutuhan yang terstruktur, termasuk
  • Kebutuhan yang berubah
  • Pernyataan dampak kebutuhan


Tidak ada komentar

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Tugas 7 (Enterprise Application Integration)



Tidak ada komentar

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Tugas 6 (Teknologi atau Vendor Enterprise Architecture)



Tidak ada komentar

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Tugas 5 (Distributed Information System)



Tidak ada komentar

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Tugas 4 (Enterprise Arsitektur)



Tidak ada komentar

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Tugas 3 (Aplikaso Sistem Enterprise)



Tidak ada komentar

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

DIS


Sistem Informasi Terdistribusi (distributed information system) adalah sistem komputasi terdistribusi dimana program dan database ditempatkan dalam server yang dapat didistribusikan dan digunakan pada setiap stasion kerja (workstation). 
Sistem Komputasi Terdistribusi adalah jaringan computer yang dihubungkan dengan cara tertentu sehingga tampak seperti satu computer bagi pemakai individual.


Server adalah computer pusat yang secara konstan menyediakan dan menjalankan program computer dan database yang dibutuhkan oleh computer lain dalam jaringan. 
Workstation/client adalah computer yang mengakses data dan program yang ditempatkan pada server jaringan 
Komputasi terdistribusi mentransformasikan banyak komputer dalam satu jaringan yang dapat digunakan secara efektif seperti halnya sebuah computer saja, sehingga memaksimalkan penggunaan sumber daya komputasi. Hal ini berarti bahwa setiap stasion kerja dalam jaringan dapat mengakses setiap file data yang terdapat dalam jaringan, menjalankan program computer yang ada dalam jaringan (baik yang ada dalam server maupun dalam setiap stasion kerja).


Transparasi jaringan (network transparancy) atau transparansi lokasi (locaton transparancy) adalah suatu kondisi dimana seluruh program dan file database, terlepas dimanapun lokasinya, akan terdapat dalam computer pemakai. Suatu sistem komputasi terdistribusi adalah jaringan, tetapi tidak semua jaringan merupakan system komputasi terdistribusi. Jaringan hanya akan merupakan system komputasi terdistribusi apabila unsur-unsur data, file, dan computer didalam jaringan dapat diakses melalui setiap klien berdasarkan nama, bukan berdasarkan lokasi fisik.


Komunikasi Interproses adalah pertukaran informasi antar klien, server, dan program-program aplikasi dalam sistem terdistribusi. Dalam komunikasi interprosester jadi komunikasi langsung antar dua program dalam dua computer terpisah pada suatu jaringan yang dijalankan secara simultan. Misal, Siska dikomputer klien1 menjalankan program database dan mengakses sebuah database penjualan. Siska membutuhkan penjualan bulan Juni tetapi data tersebut tidak terdapat dalam database computer klien A. Untuk itu program dikomputer klien1  mengirimkan permintaan data penjualan bulan Juni melalui jaringan ke program yang terdapat dikomputer klien 2 (melakukan komunikasi interproses). Program dikomputer klien 2 kemudian mentransmisikan data penjualan bulan Juni keprogram computer klien 1, yang selanjutnya menyajikannya kepadaSiska. Siska bahkan tidak menyadari bahwa data diambil dari computer klien 2.
Tidak ada komentar

Tidak ada komentar :

Posting Komentar