Tugas 8 - TOGAF
TOGAF
TOGAF merupakan sebuah framework untuk mengembangkan arsitektur perusahaan. Framework ini dikeluarkan oleh The Open Group’s Architecture Framework pada tahun 1995.TOGAF memberikan metode untuk membangun dan mengelola serta mengimplementasikan arsitektur interprise dan sistem informasi yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM) (Open Group, 2016).
TOGAF merupakan sebuah framework untuk mengembangkan arsitektur perusahaan. Framework ini dikeluarkan oleh The Open Group’s Architecture Framework pada tahun 1995.TOGAF memberikan metode untuk membangun dan mengelola serta mengimplementasikan arsitektur interprise dan sistem informasi yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM) (Open Group, 2016).
The
Open Group Architecture Framework (TOGAF)
TOGAF
mengadopsi pengertian arsitektur pada terminology ANSI/IEEE Std 1471-2000.
Menurut TOGAF, arsitektur memiliki dua pengertian tergantung pada pemakaian
konstektualnya:
- Deskripsi formal suatu sistem,
atau suatu rencana detil dari sistem pada level komponen untuk memandu
implementasinya;
- Struktur komponen-komponen, saling keterhubungannya, prinsip-prinsip dan panduan-panduan yang mengatur desain dan evolusinya dari waktu ke waktu
TOGAF
adalah suatu framework atau suatu metoda yang rinci dan suatu
kumpulan tools pendukung- untuk mengembangkan enterprise
architecture. Dikembangkan oleh Open Group pada tahun 1995, framework arsitektur
ini berdasarkan pada Technical Architecture Framework for Information
Management (TAFIM) yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan
Amerika Serikat (DoD).
Elemen-elemen
EA Menurut TOGAF
Menurut
TOGAF, ada empat tipe arsitektur secara umum diterima sebagai bagian dari
keseluruhan enterprise architecture, yaitu:
- Arsitektur bisnis (proses
bisnis) – menggambarkan struktur organisasi, proses bisnis, aktifitas
bisnis dan hubungan para aktor yang terlibat dalam proses bisnis.
- Arsitektur data –
menggambarkan struktur aset data organisasi secara logik dan fisik serta
sumberdaya manajemen data.
- Arsitektur aplikasi – suatu
bentuk arsitektur yang menyediakan cetak biru sistem aplikasi individual
untuk didistribusikan, interaksi dan hubungannya dengan proses bisnis
utama organisasi.
- Arsitektur teknologi –
menggambarkan kapabilitas perangkat keras dan perangkat lunak secara logik
yang dibutuhkan untuk mendukung penyebaran bisnis, data, dan layanan
aplikasi. Hal ini termasuk infrastruktur TI, jaringan, komunikasi, proses,
standar, dan sebagainya.
Elemen-elemen
EA menurut TOGAF inilah yang dipakai dalam melakukan penelitian dan perancangan
EA Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
TOGAF
ADM
ADM
merupakan metodologi lojik dari TOGAF yang terdiri dari delapa fase utama untuk
pengembangan dan pemeliharaan technical architecture dari oragnisasi.Metode ini
juga dibisa digunakan sebagai panduan atau alat untuk merencanakan, merancang,
mengembangkan dan mengimplementasikan arsitektur sistem informasi untuk
organisasi (Yunis dan Surendro, 2008).
Prinsip
TOGAF ADM
1. Prinsip
Enterprise, Pengembangan
arsitektur yang dilakukan diharapkan mendukung
seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang membutuhkan.
2. Prinsip Teknologi
Informasi (IT),Lebih mengarahkan konsistensi penggunaan TI pada
seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang akan menggunakan.
3. Prinsip
Arsitektur,Merancang
arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan proses bisnis
dan bagaimana mengimplementasikannya.
TOGAF Architecture
Development Method (ADM)
TOGAF ADM
menggambarkan suatu metoda untuk mengembangkan EA, dan merupakan kunci atau
inti TOGAF. ADM adalah metoda generik untuk pengembangan arsitektur yang
berhubungan dengan kebanyakan kebutuhan sistem dan organisasi. Akan tetapi,
seringkali perlu memodifikasi atau mengembangkan ADM untuk menyesuaikan
kebutuhan-kebutuhan yang spesifik.
ADM
terdiri atas Sembilan fase. Setiap fase menggambarkan kumpulan aktifitas yang
memungkinkan sponsor dan para stakeholder mencapai keputusan
dalam EA. Tim bisnis dan TI bekerja sama, dari fase ke fase, untuk membuat dan
mengelola EA sepanjang siklus ADM. ADM bersifat iteratif, dinamis, dan
berkelanjutan. Output dari fase sebelumnya menjadi input pada
fase selanjutnya. Hal ini dikelola dengan fase Requirements Management.
EA adalah
aset organisasi yang harus dikelola sebagai program formal. EA dikembangkan
oleh suatu tim yang bertanggung jawab atas perawatan, pengendalian, dan
pengawasan program EA.
ADM
mendefinisikan urutan yang direkomendasikan untuk berbagai fase dan langkah
dalam pengembangan arsitektur, tetapi tidak merekomendasikan lingkup-yang harus
ditetapkan oleh organisasi yang bersangkutan.
Langkah-langkah
untuk mengembangkan arsitektur yang terdapat dalam ADM :
Dimulai
dengan preliminary phase, membuat lingkup enterprise dan
mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat dan menghasilkan EA.
Pada tahap ini orang-orang tertentu, proses, perangkat dan tata kelola
dialokasikan kepada pekerjaan pengembangan EA.
Satu dari
keputusan kunci adalah fokus/cakupan pada upaya arsitektur, dalam kaitan
luasnya enterprise yang diiputi, seperti sektor bisnis, unit
bisnis/organisasi yang spesifik. Faktor penting dalam konteks ini adalah
meningkatnya kecenderungan untuk pengembangan arsitektur besar-besaran
dilakukan dalam bentuk “federated architecture” yang dengan bebas
mengembangkan, merawat, dan mengelola arsitektur yang kemudian diintegrasikan
dalam satuframework meta-architecture. Framework seperti itu
menetapkan prinsip-prinsip untuk interoperabilitas, migrasi, dan penyesuaian.
Hal ini memungkinkan unit bisnis tertentu untuk mempunyai arsitektur yang
dikembangkan dan dikelola sebagi proyek arsitektur yang berdiri sendiri.
Fase ini
adalah tentang menetapkan bagaimana melakukan arsitektur terkait dengan enterprise. Ada
dua aspek utama yaitu menetapkan framework yang digunakan dan
menetapkan prinsip arsitektur yang akan mengoperasikan pekerjaan arsitektur.
Pendekatan enterprise untuk menggunakan kembali aset-aset
arsitektur adalah bagian kunci dari definisi framework dan
prinsip arsitektur. Pada umumnya prinsip akan menyatakan kebijakan penggunaan
kembali; dan framework akan menjelaskan bagaimana penggunaan
kembali itu efektif. Fase ini menetapkan prinsip arsitektur yang akan membentuk
bagian pembatas pada pekerjaan arsitektur yang dilakukan.
Input pada fase ini adalah :
- TOGAF ADM;
- Framework arsitektur yang lain,
jika diperlukan;
- Strategi bisnis, prinsip
bisnis, tujuan bisnis, dan driver bisnis, jika sudah ada;
- Strategi tata kelola TI, jika
sudah ada;
- Prinsip arsitektur, jika sudah
ada;
- Prinsip yang dipakai, datang
dari arsitektur yang lain.
Langkah-langkah
pada fase ini :
TOGAF ADM
adalah suatu metoda umum, dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai macam enterprise berbeda,
dan bersama dengan berbagai macam framework arsitektur lain,
jika diperlukan.
Phase
A : Architecture Vision (Envisioning the future state)
Langkah
penting selanjutnya adalah membuat visi EA masa depan. Untuk itu, digunakan
skenario bisnis untuk meninjau visi, strategi dan pendorong bisnis lalu
dihasilkan kumpulan kebutuhan bisnis untuk enterprise masa
depan. Secara normal, elemen kunci dari visi arsitektur, seperti visi, misi,
strategi dan tujuan, didokumentasikan sebagai bagian dari strategi bisnis atau
aktifitas rencana enterprise yang mempunyai siklusnya sendiri.
Aktifitas
dalam fase A berhubungan dengan verifikasi dan pemahaman strategi dan tujuan
bisnis yang didokumentasikan, menetapkan lingkup arsitektur, bagaimana membuat
visi dan memperoleh persetujuan. Visi arsitektur meliputi deskripsi tingkat
tinggi lingkungan saat ini dan target dari perspektif bisnis dan teknik.
Langkah-langkah
:
- Menetapkan proyek.
- Identifikasi tujuan dan driver bisnis
- Review prinsip arsitektur, termasuk
prinsip bisnis
- Menetapkan lingkup
- Menetapkan batasan
- Identifikasi stakeholder, kebutuhan
bisnis dan visi arsitektur
Phase
B : Business Architecture
Pengetahuan
tentang arsitektur bisnis adalah prasyarat untuk pekerjaan arsitektur dalam
domain lainnya yaitu data, aplikasi, dan teknologi. Fase ini membuat arsitektur
bisnis yang meliputi proses bisnis, layanan, fungsi, organisasi dan strategi.
Langkah-langkah
:
Tingkat
detil dalam fase ini akan tergantung kepada lingkup dan tujuan upaya arsitektur
keseluruhan. Langkah-langkah kunci dalam fase B adalah sebagai berikut :
- Mengembangkan deskripsi
arsitektur bisnis baseline
- Mengidentifikasi model, sudut
pandang, dan tool acuan
- Membuat model arsitektur
- Memilih blok bangunan (building
block) arsitektur bisnis
- Melakukan review model
arsitektur
- Me-review kriteria
non-fungsional (kualitatif)
- Melengkapi arsitektur bisnis
- Melakukan analisis celah (gap) dan
membuat laporan
Phase
C : Information System Architecture
Fase ini
membuat arsitektur sistem informasi yang mendukung arsitektur bisnis.
Arsitektur sistem informasi disusun dari arsitektur data dan aplikasi.
Arsitektur
data :
Sasaran
pada fase ini adalah untuk menetapkan tipe utama dan sumber data yang penting
untuk mendukung bisnis yang dapat dimengerti oleh stakeholder, lengkap
dan konsisten, serta stabil. Penting untuk dicatat bahwa usaha ini tidak
berhubungan dengan rancangan database. Tujuannya adalah
mendefinisikan entitas data yang berhubungan dengan enterprise, bukan
untuk merancang sistem logik atau penyimpanan fisik.
Langkah-langkah
- Mengembangkan deskripsi
arsitektur data baseline
- Me-review dan
memvalidasi prinsip, model referensi, sudut pandang, dan tool
- Membuat model arsitektur
- Memilih building
block arsitektur data
- Melakukan review cek
formal model arsitektur dan building block dengan stakeholder
- Me-review kriteria
kualitatif
- Melengkapi arsitektur data
- Melakukan cek/nalisis dampak
- Melakukan analisis gap dan
membuat laporan
Fase untuk
membuat arsitektur aplikasi
Sasaran
dalam fase ini adalah menetapkan/mendefinisikan berbagai jenis sistem aplikasi
utama yang diperlukan untuk memproses data dan mendukung bisnis. Hal ini tidka
berhubungan dengan rancangan sistem aplikasi. Tujuannya adalah mendefinisikan
jenis sistem aplikasi yang relevan dengan enterprise dan
aplikasi apa yang dibutuhkan untuk mengelola data dan menghasilkan informasi
bagi pengguna di enterprise.
Aplikasi
tidak digambarkan sebagai sistem computer, tetapi sebagai kumpulan kapabilitas
logik yang mengelola objek data dalam arsitektur data dan mendukung fungsi
bisnis dalam arsitektur bisnis. Aplikasi dan kapabilitasnya ditetapkan tanpa
referensi teknologi tertentu. Aplikasi adalah stabil dan relative tidak
berubah, sedangkan teknologi yang digunakan untuk mengimplementasikannya akan
berubah dari waktu ke waktu, berdasarkan pada teknologi yang ada saat ini dan
perubahan kebutuhan bisnis.
Langkah-langkah
- Mengembangkan deskripsi
arsitektur aplikasi baseline
- Me-review dan
memvalidasi prinsip, model refernsi, sudut pandang, dan tool
- Membuat model arsitektur
- Mengidentifikasi kandidat
sistem aplikasi
- Melakukan review cek
formal model arsitektur dan building block dengan stakeholder
- Me-review kriteria
kualitatif
- Melengkapi arsitektur aplikasi
- Melakukan analisis gap dan
membuat laporan
- Laporan arsitektur aplikasi
- Analisis dampak
- Kebutuhan bisnis diperbaharui,
jika sesuai.
Phase
D: Technology Architecture
Fase ini
membuat arsitektur teknologi yang membentuk fondasi target infrastruktur TI.
Langkah-langkah
- Mengembangkan deskripsi
arsitektur teknologi baseline
- Mengembangkan arsitektur
teknologi target
Phase
B,C, dan D
: Developing architecture specifications
Fase B,C,
dan D berkonsentrasi pada pengembangan spesifikasi arsitektur secara individual
yang membentuk arsitektur enterprise keseluruhan. Fase-fase
ini membuat pandangan EA yang berbeda dari area kepentinganstakeholder masing-masing.
Phase
E : Opportunities and Solutions
Fase E
mengidentifikasi parameter perubahan, fase utama sepenjang tahapan, dan proyek
level puncak dilakukan dalam perpindahan dari lingkungan saat ini ke lingkungan
target. Keluaran dari fase E akan membentuk dasar rencana implementasi yang
dibutuhkan. Fase ini juga berusaha untuk mengidentifikasi kesempatan bisnis
baru yang mncul dari pekerjaan arsitektur dalam fase sebelumnya.
Langkah-langkah
- Mengidentifikasi driver bisnis
kunci yang menghambat urutan implementasi
- Me-review analisis
gap dari fase D
- Brainstorm kebutuhan teknis dari
perspektif fungsional
- Brainstorm co-existence dan kebutuhan
interoperabilitas
- Melakukan penilaian arsitektur
dan analisis gap
- Mengidentifikasi paket
pekerjaan atau proyek utama
Klasifikasikan
hal tersebut di atas sebagai pengembanganbaru, kesempatan pembelian, atau
penggunaan kembali sistem yang ada.
Phase F
: Migration Planning
Sasaran
fase F adalah memilah berbagai proyek implementasi dalam urutan prioritas.
Aktifitasnya meliputi penilaian ketergantungan, biaya, dan manfaat dari berbagi
proyek migrasi. Daftar prioritas proyek akan terus membentuk basis rencaa
implementasi dan migrasi yang detil.
Langkah-langkah
- Memprioritaskan proyek
- Memperkirakan kebutuhan dan
ketersediaan sumberdaya
- Melakukan penilaian
biaya/manfaat dari berbagai proyek migrasi
- Melakukan penilaian risiko
- Membuat roadmap implementasi
- Mendokumentasikan rencana
migrasi
Phase
G : Implementation Governance (managing deployment and realizing value)
Implementasi
tata kelola berada dalam fase G dan memberikan kerangka tata kelola arsitektur
untuk pengembangan solusi dan implementasi. Fase ini memastikan bahwa pekerjaan
pengembangan harus konsisten dengan spesifikasi arsitektur dan menghasilkan
kebutuhan sponsor dan para stakeholder.
Langkah-langkah
- Memformulasikan rekomendasi
proyek
- Mendokumentasikan kontrak
arsitektur
- Me-review tata
kelola implementasi dan pemenuhan arsitektur yang berkelanjutan
Phase
H : Architecture Change Management (Managing change)
EA
ditetapkan untuk beberapa tahun, tetapi harus juga diperbaharui agar dapat
menyesuaikan perubahan kebutuhan bisnis. Perubahan-perubahan itu bisa saja
diperlukan karena :
- Permintaan manajemen aset dan
perbaikan infrastruktur;
- Peningkatan proses bisnis;
- Reorganisasi;
- Perubahan pasar dan kapasitas
bisnis;
- Merger dan akuisisi.
Manajemen
perubahan arsitektur, fase terakhir, memungkinkan perubahan seperti yang
disebutkan di atas baik melalui pengembangan maupun siklus operasional EA.
Langkah-langkah
- Memonitor perubahan teknologi
- Memonitor perubahan bisnis
- Menilai perubahan dan
pengembangan posisi untuk bertindak
- Mengatur pertemuan Dewan Arsitektur
(atau dewan tata kelola yang lain). Tujuan pertemuan ini adalah untuk
memutuskan penanganan perubahan (teknologi dan bisnis)
Requirements
Management Phase
EA dibuat
dari permintaan stakeholder, dikelola di sepanjang metoda ini
dengan proses manajemen kebutuhan.
Input pada proses manajemen kebutuhan
adalah output yang berhubungan dengan kebutuhan dari tiap fase
ADM. Kebutuhan tingkat tinggi pertama adalah uang diartikulasikan sebagai
bagian dari visi arsitektur, dihasilkan dengan memakai scenario bisnis atau
teknik yang dapat disamakan.
Setiap domain arsitektur
menghasilkan kebutuhan rancangan detil yang dikhususkan untuk domain tersebut
dan berpotensi kepada domain lain.
Langkah-langkah:
- Kebutuhan baseline
- Memonitor kebutuhan baseline
- Mengidentifikasi kebutuhan
yang berubah dan prioritas yang dicatat
Output
Pernyataan
kebutuhan yang terstruktur, termasuk
- Kebutuhan yang berubah
- Pernyataan dampak kebutuhan

No similar posts
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar